Minggu, 07 Oktober 2012

“TRIPLE TIGA DI ACEH (333)
 
 


Ketika penulis membaca Serambi Indonesia tanggal 5 Desember 2011 kemarin, di halaman utamanya disuguhkan berita Milad GAM yang ke sekian kali pada tanggal 4 Desember 2011. Karena Gerakan Aceh Merdeka ini didirikan pada tanggal 4 Desember 1976 oleh Dr. Hasan Tiro. Dan beberapa bulan sebelumnya, yaitu tanggal 15 Agustus 2011, bahkan setiap tahun pada tanggal dan bulan yang sama,  Aceh juga baru memperingati hari bersejah yaitu hari ditekennya Nota Perdamaian antara GAM dan RI (Pemerintah Pusat) di Helsinki (Firlandia). Dan 22  hari kemudian, masih pada bulan yang sama (Desember),  Aceh juga memperingati lagi hari bersejarah yaitu pada tanggal 26 Desember 2011 (Hari duka cita [Tsunami]).

Penulis menyimpulkan, berarti Aceh memiliki 3 hari bersejarah besar yang akan diperigati setiap tahun,  selain hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, yaitu: Hari didirikan GAM, Hari Perdamaian, dan Hari Tsunami. Kemudian penulis mau melihat lebih jauh dan merenunginya lebih dalam, ternyata ketiga Hari tersebut di atas di lahirkan oleh tiga pihak; dua oleh manusia (lahirnya GAM dan Perdamaian), dan satu oleh sang-Pencipta yaitu: Tsunami. Biarpun pada hakikatnya ketiga-tiga  “Hari” itu juga tidak terlepas dari Skenario (intervensi [campur tangan]) Allah. Tapi dua diantaranya (konflik dan perdamaian) disebabkan manusia langsung, kecuali satu, Tsunami, dikarenakan  kehendak Allah tanpa ada kompromi dengan manusia. Jadi yang sudah ada; “33” (3 hari besar dan 3 penokohannya [2 manusia, 1 Allah]).

Kemudian penulis akan menjelaskan satu angka 3 lagi biar sesuai dengan judul di atas (Triple Tiga). Satu angka 3 lagi tidak terlepas dari sebab – akibat (satu sebab melahirkan 3 akibat), ini juga pada hakikatnya tidak terlepas dari campur tangan Allah yaitu satu sebab melahirkan “3’ akibat. Kita semua tentu tau apa sebab lahirnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dari “tangan” Hasan Tiro. Lahirnya GAM di Aceh disebabkan ketidakadilan Pemerintah Pusat dalam mengelola pembangunan terhadap Aceh. Maka akibat ketidakadilan pemerintah itu, lahirlah sekelompok organisasi (bentukan Hasan Tiro/GAM).


Terus akibat adanya Pemberontak (dimata pemerintah RI, GAM) ini, maka  terjadilah konflik berkepanjangan di Aceh antara GAM - Pemerintah RI serta saling bunuh  membunuh dan siksa menyiksa. Mayat manusia dihargai senilai Rp. 0,- pada saat itu, dibandingkan dengan (maaf) dengan binatang masih jauh berharga bangkai binatang. Masyarakat dipedesaan saban hari menemukan “bangkai”  manusia di parit-parit atau di kolong-kolong jembatan. Baunya bisa menyengat hidung bagi siapa saja yang melewati “bangkai”  manusia yang murahan itu.

Pada saat itu para pembunuh seolah-olah tidak mengetahui kalau di Indonesia ini ada hukum dan apa yang sering kita dengar, HAM. Tapi sayangnya pada saat itu semua manusia kebal hukum dan hukum “mati suri”. Hukum sendiri, kekejian manusia sendiri. Sang – “sutradara” (Allah) membiarkan saja dulu manusia di Aceh ini melakoni adegan demi adegan antagonis sampai scenario itu berakhir. Seolah-olah manusia (pemeran antagonis)  ini tidak tau kalau “sutradara” (Allah) menyaksikan apa yang diperbuatnya. Maka tibalah bagi Allah mengintervensinya (campur tangan) konflik Aceh dengan memerintahkan pasukannya yang berwujud hitam setinggi pohon kelapa dan sebesar gunung berasal dari tengah lautan – apa yang manusia sebut – Tsunami untuk membersihkan bumi Serambi Mekah ini, pada hari minggu 26 Desember 2004.

Seolah-olah Allah mengatakan pada manusia; “Kemarin kalian saling bunuh-membunuh sesama kalian, bangkai kalian sendiri bergelimpangan dimana-mana. Maka hari ini Aku akan mematikan kalian semua dengan air bah yang jumlahnya berkali-kali lipat dari yang kalian binasakan. Aku mau melihat seberapa mampu kalian mengurus jenazah-jenazah itu. Akau mau menampakkan pada kalian semua hai bangsa manusia siapa yang sesungguhnya berkuasa di jagat raya ini. Dan siapa yang mampu menghancurkan segala-galanya dalam waktu sekian menit. Kalian bunuh-membunuh dan hancur-menghancurkan sekian puluh tahun dan Aku menghancurkannya Cuma dalam waktu beberapa menit.

Bahkan kuantitasnya berkali-kali lipat dari apa yang kalian (manusia) lakukan. Makanya hai sekalian manusia kalian jangan sok menguasa atas sekalian yang lain di dunia ini.” Begitulah kira-kira kata Allah. Tapi alhamdulillah manusia cepat menyadari kesalahnnya setelah teguran dari Allah dalam bentuk Tsunami, sehingga timbullah niat untuk mengakhiri konflik dengan ditekennya nota perdamaian di Helsinki (Firlandia). Jadi akibat dari konflik, lahirlah Hari Perdamaian. Maka dapatlah angka 3 satu lagi sehingga jadilah Triple Tiga (333).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar