Satu
hal yang ingin penulis katakan, Syariat Islam di Aceh tidak akan pernah
berhasil sampai kapanpun apabila sistem tidak diubah. Mari kita lihat realita
saat ini. Saat ini syariat Islam di Aceh hanya berfokus pada bidang perempuan
(jilbab/pakaian), maisir (judi), dan minuman keras (khamar). Sementara dalam
bidang media dan penbankan (keuangan/bank) masih menggunskan sistem kapitalis
(produk Yahudi). Seharusnya, syariat Islam itu harus mencakup segala hal seperti
pakain lelaki (celana pendek dibawah lutut), wanita diperbolehkan pakai celana,
tetapi yang berbahan kain bukan jens, media khususnya media lokal Aceh, wajib
mendukung syariat Islam dengan tidak menampilkan berita/model busana yahudi
(yang menampakkan aurat).
Saat
ini, sebagaimana kita ketahui bersama, media lokal juga tidak turut mendukung
syariat Islam di Aceh, karena media-media saat ini masih menampilkan
pakaian-pakaian terbuka aurat (produk Yahudi). Disisi lain, untuk mendukung
syariat Islam, lembaga keuangan di Aceh tidak
boleh berbasis bunga (riba) melainkan berbasis syariah semua, Wilayatul Hisbah
(WH) wajib dipersenjatai dan diakui pemerintah pusat, setiap polisi atau
tentara yang akan bertugas di Aceh wajib diatur dengan peraturan (aturan
khusus) olh pemerintah pusat, khusus untuk Aceh, wajib menjalani aturan hukum
Islam yang berlaku di Aceh sebagai bentuk keseriusan pemerintah pusat dalam
mendukung upaya syariat Islam di Aceh. Terus, setiap pemberian/penawaran
bantuan dari pihak asing, pemerintah Aceh jangan mudah tepengaruh, apalagi
tergoda atau “merengek-merengek” sama asing untuk mendapatkan bantuan, karena
setiap bantuan yang diberikan asing tidak pernah ada yang ikhlas. Pasti ada
misi-misi tertentu di belakangnya.
Tujuan
mereka (Asing) hanya satu yaitu agar umat Islam Aceh ini terbuai dengan bantuan
mereka (Yahudi/Amerika/Eropa). Yang pada ujungnya akan disusupi budaya dan cara
berpakaian mereka. Kemudian, dalam hal parawisata (Visit Aceh), pemerintah Aceh
wajib mengontrol setiap aktivitas turis-tiris dari eropa/Amerika yang datng ke
Aceh dan wajib memberlakukan pakain yang sopan bagi mereka. Realita saat ini,
pemerintah Aceh sangat longgar dalam mengontrol pergerakan/aktivitas turis dari
Eropa, khususnya dalam berpakaian.
Mereka bebas memamerkan pakaian ala mereka (seperti, telanjang dada). Jangan anggap remeh menegnai hal ini, karena turis-turis yang datang ke Aceh, selain melancong, juga dalam misi menyebarkan dudaya-budaya mereka, budaya pakaian telanjang. Yang terakhir, Pemerintah Aceh jangan pernah takut untuk tidak dibantu oleh Asing jika kita berani dan tegas sama mereka. Pikirkan satu hal, hanya kepada Allah dan azab-Nya satu-satunya yang wajib kita takuti. Ajal itu ditangan Allah, rezeki (bantuan) itu dari Allah, bukan atas kuasanya Yahudi/Amereika/Eropa ), siksa itu hanya milik Allah yang paling pedih dan kekal. Takutlah kepada Allah semata, bukan kepada senajta-senjata canggih Amerika/Yahudi . Jika pemerintah Aceh hanya takut kepada Allah semata, kita semua yakin, semua rakyat Aceh akan mendukung pemerintah Aceh. Wallahu ‘alam bisawaf.
Mereka bebas memamerkan pakaian ala mereka (seperti, telanjang dada). Jangan anggap remeh menegnai hal ini, karena turis-turis yang datang ke Aceh, selain melancong, juga dalam misi menyebarkan dudaya-budaya mereka, budaya pakaian telanjang. Yang terakhir, Pemerintah Aceh jangan pernah takut untuk tidak dibantu oleh Asing jika kita berani dan tegas sama mereka. Pikirkan satu hal, hanya kepada Allah dan azab-Nya satu-satunya yang wajib kita takuti. Ajal itu ditangan Allah, rezeki (bantuan) itu dari Allah, bukan atas kuasanya Yahudi/Amereika/Eropa ), siksa itu hanya milik Allah yang paling pedih dan kekal. Takutlah kepada Allah semata, bukan kepada senajta-senjata canggih Amerika/Yahudi . Jika pemerintah Aceh hanya takut kepada Allah semata, kita semua yakin, semua rakyat Aceh akan mendukung pemerintah Aceh. Wallahu ‘alam bisawaf.
Oleh:
Yusmardi (Pengamat Syariat Islam di Aceh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar